Saat itu saya masih kelas 3 SMA. Saya mempunyai adik sepupu yang masih
kelas 2 SMA, namanya Amel. Dia meminta saya untuk mengajarinya menyetir
mobil tiap sore, tentu saja tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Karena jarak rumah kami cukup dekat, setelah pulang sekolah, makan
siang, bersih-bersih, dan tidur siang, sorenya saya pasti main ke
rumahnya.
Pintu pagar langsung saya buka dan saya ketok pintu depan rumah. Tok...
tok... tok... Tak lama pintu dibuka oleh Amel yang hanya mengenakan kaos
lengan setali dan celana pendek. Wow, sexy sekali. Penis saya langsung
mulai berdiri.
Tanpa babibu, langsung Amel menyerbu pundak saya, bergelendot sambil berkata,
"Mas Bagus, ajarin Amel nyetir mobil dong, mumpung rumah kosong nih" rengeknya manja.
Sambil merasakan empuknya buah dada sekepalan tangan Amel, saya langsung memeluknya dan menjawab,
"Boleh, siapa takut, kapan? di mana?"
"Sekarang aja mas, kita ke lapangan di pojok kompleks rumah" jawabnya cepat.
"Oke, ayo..." kata saya sambil tetap saya rangkul dan saya tepuk bongkahan pantat ranumnya, dia hanya tersenyum manja.
Singkat cerita, sesampainya di lapangan, dia nampak kagok sekali
menyetir mobil, maklum masih ABG. Sementara itu, sambil menahan gejolak
birahi, saya pun agak khawatir kalau-kalau dia menabrak sesuatu.
Langsung saja timbul ide gila saya.
"Mel, kalo nyetir santai aja. Gini deh, kamu tetep nyetir, tapi biar aman dan buat jaga-jaga, aku pangku kamu, ok?"
Tanpa protes, di luar dugaan saya, Amel langsung setuju. Lalu, segera
saya atur posisi penis saya yang semula rada miring ke kanan ini menjadi
tepat ke tengah, harapan saya selain biar enak dan gak sakit, supaya
bisa tepat kena belahan pantatnya.
Sambil tetap menyetir mobil, Amel langsung duduk di atas pangkuan saya,
tepat di atas penis saya. Alamak, enak banget. Tangan saya kadang
memegang setir, kadang memegang paha dan perutnya. Semula Amel serius,
tapi karena penis saya terus berdenyut, akhirnya dia terasa, lalu dia
berkata manja,
"Mas, porsnelingnya kok ada dua ya? tapi yang di bawah ini keras banget"
"Iya nih, kayaknya porsneling Mas udah pengen dilemesin deh. Kita istirahat dulu aja yuk di rumah kamu."
"Ayo, siapa takut..." jawabnya cepat.
Sambil tetap memangku Amel, mobil saya arahkan balik pulang ke rumahnya sambil berharap rumahnya masih sepi.
Sampai parkir mobil di garasi, langsung saya cium tengkuknya dan saya
raba perut, payudara, dan selangkangannya. Amel melenguh manja.
"Ah mas, nakal ah..."
Lalu dengan cepat Amel membuka pintu dan beranjak ke kamarnya.
Tanpa membuang waktu, saya cepat mengikutinya dan langsung ke kamarnya
di lantai dua. Dia tersenyum manja. Langsung saya rangkul dan ciumi
lehernya sambil saya lepas kaos dan celana pendeknya. Dia tak mau kalah,
dilepasnya kaos dan celana panjang saya.
Sambil meraba-raba penis saya yang sudah siap tempur itu, Amel mencium
kedua puting dada saya bergantian. Tangan saya pun sibuk meremas-remas
bongkahan pantatnya dan menciumi kepalanya. Nikmat sekali.
Dari dada, dia langsung turun mencium penis saya dari luar celana dalam
saya yang mulai basah karena cairan mani dan ludahnya. Setelah itu,
dikeluarkannya penis saya yang sudah tegak mengacung itu dan dilihatnya
dengan seksama.
"Kenapa? belum pernah lihat kontol ya?" tanya saya.
"Iya mas, lucu ya. boleh aku isep kan Mas?" jawabnya polos.
"Boleh Dong, malah mas pengen kamu masukin ke memek kamu. Eh, kamu masih perawan kan? Mau kan mas entot?"
"iya mas, tapi janji gak sakit ya" jawabnya sambil tersenyum.
"Ditanggung nikmat deh, beres..."
"Tapi Mas, aku isep dulu ya, mas juga isep memekku.".
"Oke... lanjut, tarik..." jawabku sekenanya.
Sambil ketawa langsung dia cium kepala penis saya. Wuih, terbang
rasanya. Saya pun tak mau kalah, dengan posisi 69, langsung saya jilat
itil dan memeknya. Gurih sekali...
Sampai suatu saat memeknya becek banget dan dia langsung orgasme dengan
mulut makin kuat ngisep. Cairan cintanya saya sedot habis dan saya sapu
seluruh permukaan vaginanya, sedap. Sementara itu, saya masih belum
apa-apa, siap tempur.
Setelah istirahat beberapa saat, Amel berbalik dan langsung menindih
badan saya dan memegang penis saya, lalu diarahkan ke memeknya
pelan-pelan. Saya remas dan isep kedua payudara ranumnya yang berputing
merah muda itu.
Penis saya digesek-gesekkannya ke bibir vaginanya sambil Amel mencium
leher saya. Setelah agak lama, tak sabar tangan saya kembali meremas
bongkahan pantatnya dan sekali sentak langsung saya hujamkan penis saya
ke vaginanya.
"Aduh mas, ehkk... enak mas... nikmaaaatttt... aaaahhhhhh..."
Saya isap mulut dan bibirnya dalam untuk menambah sensasinya sambil saya percepat goyangan sentakan saya.
"Brettt... brettt... brettt..." terdengar sesuatu tergesek sobek.
Pikirku, mungkin itu selaput daranya. Ah, berhasil juga akhirnya saya
perawani dia. Nikmat sekali.
Semakin lama, goyangannya makin hebat dan rupanya Amel kembali orgasme
dengan memeluk saya berguling-guling. Saya cepat atur napas untuk
menahan sedikit lagi ejakulasi.
Posisi saya ubah. Saya berdiri dan saya gendong dia ke dinding samping
pintu menghadap cermin. Sungguh seksi sekali posisi saya (ngentot
berdiri) ini. Terasa seluruh batang penis saya masuk memenuhi lubang
memeknya. Kembali Amel klimaks.
Puas dengan posisi berdiri, saya ubah dengan doggy style dengan kaki
saya di kanan kirinya dan badan saya setengah berdiri gagah dan tangan
saya sibuk meremas kedua teteknya. Terasa sempit dan menantang
menggairahkan. Tak kuat menahan, Amel klimaks lagi.
Terakhir saya posisikan biasa. Saya angkat kedua kakinya ke bahu saya
dan saya hujam cepat keras berulang kali penis saya ke memeknya. Amel
menjerit keras tak terkendali dengan seksinya. Bersamaan dengan goyangan
keras pantatnya yang menandakan untuk keempat kalinya Amel klimaks,
saya pun mempercepat hujaman saya yang akan klimaks juga.
"Mel, aku mau keluar nih, didalam aja apa kamu isep?"
"Tahan bentar Mas, aku dulu, mas saya isep aja... aahhh..."
Akhirnya Amel klimaks, aahhh... Saya tahan sekuat tenaga meskipun geli
dan nikmat tiada tara. Setelah itu, tak kuat menahan lebih lama lagi,
dengan cepat saya cabut dan saya arahkan penis saya ke muka Amel untuk
diisapnya. Sperma saya muncrat banyak sekali berulang kali ke mukanya
dan sebagian besar ke mulutnya. Sambil lemas menikmati klimaks
keempatnya itu, Amel mengocok dan mengisap penis saya dalam-dalam.
Hampir semua sperma saya ditelannya habis tak tersisa.
"Terima kasih mas, udah ngajarin Amel nyetir dan jadi dewasa" bisiknya manja.
"Iya, sama-sama. Lain kali mau lagi kan?" jawabku nakal.
"Iya dong, aku mau lagi. Jadwal tetap aja ya" senyumnya binal.
"Oke putriku cantik" jawabku sambil kucium bibirnya.
Tag :
cerita sex
0 Komentar untuk "Cerita Sex Belajar Menyetir Berujung Nikmat "