Nama saya Pandu, saya mahasiswa di kota Bogor, saya berasal dari desa,
dan saya berasal dari keluarga yang bisa dibilang serba kekurangan.
Untuk membiayai kuliah saya, saya bekerja sebagai seorang guru bahasa
Inggris di sebuah kursus. Karena saya ramah saya disukai oleh
cewek-cewek yang ikut kursus tersebut.
Salah satu grup peserta les adalah ibu-ibu staff dari salah satu BUMN di
kota tersebut. Ibu Linda merupakan salah satu favorit saya karena dia
cantik sekali, tinggi, anggun dan baik sekali. Ibu Linda orangnya santun
sekali, sehingga saya pun segan menggodanya. Bu Linda merupakan
pimpinan kantor dari grup itu. Dia sering memberi saya uang lebih,
katanya untuk menambah uang jajan, bahkan kadang-kadang lebih besar dari
gaji saya. Saya mempunyai sebuah Vespa butut untuk kendaraan saya
sehari-hari. Sedangkan Bu Linda menggunakan sedan model terbaru. Hal ini
selain dia pimpinan cabang, suaminya juga pengusaha yang cukup sukses.
Saya melihat mereka berdua adalah pasangan ideal.
Suatu Malam saya sendirian di tempat kursus dimana saya sedang
beres-beres mau pulang kerumah, tiba-tiba telpon tempat kursus saya
berbunyi. Ogah-ogahan saya mengangkatnya, tapi ternyata telpon itu dari
Bu Linda, dia memohon pada saya untuk menunggunya karena ada yang perlu
ditanyakan. Saya jadi tidak enak hati meninggalkannya, padahal langit
sudah gelap dan mau turun hujan.
Tak lama kemudian dia datang dengan muka yang keruh, dia menanyakan
beberapa hal mengenai terjemahan karya tulis. Setelah saya jelaskan dia
mengerti, tetapi ada beberapa masalah yang akan disampaikan kepada saya
tapi tampaknya tidak jadi. Akhirnya dia mengajak saya menemaninya untuk
menonton film yang diputar jam 21.00. Saya setuju saja. Saya heran
kenapa mobilnya ditinggal di tempat kursus sedangkan Bu Linda membonceng
saya naik vespa butut saya.
Di sepanjang jalan dia duduk mendekap saya, sehingga membuat banyak
orang heran dan mungkin berpikir kenapa ada wanita cantik pacaran dengan
cowok miskin. Tetapi dia cuek saja.
Di gedung bioskop kami berdua membeli tiket dan duduk di bangku paling
atas. Penontonnya tidak banyak karena filmnya adalah film murahan
tentang sex sehingga yang nonton adalah pasangan-pasangan yang hanya
mencari tempat berpacaran.
Tak lama kemudian film mulai. Dan seperti dugaan saya, pasangan-pasangan
didepan saya mulai beraksi tanpa malu-malu. Saya berbisik sambil
tertawa pada Bu Linda bahwa kita akhirnya melihat pasangan-pasangan
bercumbu tetapi tidak peduli dengan penonton lain. Tetapi Bu Linda tidak
tertawa malah dia menyenderkan tubuhnya ketubuh saya dan berbisik
alangkah bahagianya pasangan-pasangan itu bisa menuntaskan nafsu
syahwatnya.. Dia melihat pada saya dengan mata sendu, dan dia meminta
saya juga mencumbunya seperti pasangan lain itu.
Saya ragu-ragu mendengar permintaannya itu, saya bertanya apa nggak
salah? Bu Linda tidak menjawab, tetapi dia langsung melepas gelungan
rambutnya yang panjang dan indah. Tangan saya ditariknya untuk
melingkari pinggangnya yang ramping, dan dia langsung menyodorkan
mulutnya untuk dilumat serta matanya yang setengah terpejam. Saya
menjadi sangat terpesona dan terangsang melihat ibu berwajah cantik itu
memasrahkan tubuhnya pada seorang cowok miskin untuk dicumbu.
Lama sekali saya memandangi dirinya yang sangat mempesona itu. Bu Linda
berbisik sudah jangan dipandang saja tapi beraksilah. Perlahan saya
kecup mulutnya dan dia menyambut dengan senyuman. Kami saling berciuman
bibir, saling melumat bibir, lidah kami bertemu berburu mencari
kenikmatan di setiap sudut-sudut bibir dan rongga mulut masing masing.
Mulut saya disambutnya dengan rakus. Selama didalam bioskop kami berdua
saling bercumbu dan saling meraba.
Dalam kondisi yang baru saya alami ini, saya menjadi sangat kikuk dan
canggung, tapi anehnya nafas saya makin memburu, kejar-kejaran dan
bergelora seperti gemuruh ombak di laut. Saya menjadi bergemetaran, dan
tak mampu berbuat banyak, Bau wewanginan semerbak menambah suasana
romantis. Tangan saya pun mulai meraba-raba tubuh sintal Bu Linda. Bu
Linda tidak mau kalah, dia meraba-raba punggung saya dan bahkan menyusup
dibalik kaos saya. Saya jadi semakin terangsang dalam permainan yang
ini.
Sejenak jeda, kami saling berpandangan, dia tersenyum manis bahkan amat
manis, dibanding waktu-waktu sebelumnya. Kami berangkulan kembali,
seolah-olah dua sejoli yang sedang mabuk asmara sedang bermesraan. Dia
mulai mencumi leher saya dan menggigit lembut sementara tangan saya
mulai meraba-raba tubuhnya. Pertama pantatnya, kemudian menjalar ke
pinggulnya.
"Sejak kamu mengajar dulu, aku sudah berpikir, ‘Ganteng banget ini anak!’" katanya setengah berbisik.
"Ah Ibu ada-ada saja", kata saya mengelak, walaupun saya senang mendapat sanjungan.
"Aku tidak merayu, sungguh" katanya lagi.
Kami makin merangsek bercumbu, birahi saya makin menanjak naik, dada
saya semakin bergetar, demikian juga dada Bu Linda. Dia pun nampak
bergetaran dan suaranya agak parau. Dia mengajak saya pulang sambil
berbisik,
“Setubuhin aku dong mas, aku udah lama puasa. Akan aku layani mas dengan
sepenuh hati apa yang mas mau, asal mas memuasin dahagaku malam ini”
Kemudian saya beranjak, berdiri dan menarik tangan Bu Linda supaya ikut
berdiri. Dalam perjalanan pulang ke rumah saya, kami berboncengan. Dalam
dekapannya yang hangat, hasrat kelelakian saya menjadi bertambah
bangkit dan terasa seakan membelah celana yang saya pakai.
Sesampainya di rumah kontrakkan saya, Bu Linda saya bimbing masuk
kedalam. Sambil menahan malu saya menunjukkan keadaan rumah kontrakan
saya yang berantakan, maklum rumah bujangan. Bu Linda hanya tersenyum
melihat kondisi rumah yang berantakan itu, dia langsung membereskan
rumah saya sambil saya bantu. Baju-baju kotor langsung direndam, sprei
langsung diganti yang baru sebagai persiapan pertempuran nanti,
lantainya disapu sampai bersih. Buku-buku dan VCD saya langsung diatur
dengan baik bak seorang istri setia yang mengatur rumahnya sendiri.
Saya disuruhnya mandi dulu sementara ia membereskan rumah. Ia memasak
mie karena dari tadi kami belum makan malam. Setelah selesai dia mandi
dengan memakai handuk yang tadi saya pakai dan Bu Linda meminjam kaos
saya yang paling besar yang dipakai sebagai daster. Penis saya bertambah
tegang membayangkan Bu Linda mandi dan membayangkan bekas handuk saya
membelai tubuhnya.
Sehabis mandi saya betul-betul terpana melihat kesempurnaan tubuhnya
yang putih, terutama telapak kakinya yang betul-betul bagus. Kaos yang
dipakai hanya menutupi sebagian kecil tubuhnya hanya sampai pantatnya
yang indah. Bu Linda tidak lagi memakai celana dalam dan BHnya. Saya
diajaknya makan bareng dan dilayani seperti seorang suami dengan
disuapin olehnya. Sambil makan dia bercerita tentang semua masalahnya.
Dari menikah atas pilihan orang tua serta suaminya yang ternyata seorang
gay dan dia sendiri ternyata masih perawan karena suaminya tidak pernah
menyetubuhinya. Perkawinannya selama ini hanya pura-pura untuk menutupi
kehormatan keluarga. Dia sendiri untuk mengurangi penderitaannya dia
sering bekerja keras untuk menghilangkan waktu.
Kalau sudah tak tahan Bu Linda melakukan masturbasi sambil menonton film
BF. Minggu ini barulah dia tak tahan dan akhirnya protes kepada
suaminya. Suaminya mengijinkan Bu Linda mencari laki-laki lain tetapi
dengan syarat Bu Linda tetap harus menjadi istri untuk menjaga
kehormatan keluarga. Saya dipilihnya dengan harapan saya mau menjadi
“suami” simpanannya serta dapat menjaga rahasia keluarganya. Kalau saya
setuju dia akan menyerahkan seluruh tubuhnya termasuk keperawanannya
kepada saya.
Saya sangat kaget mendengar penjelasannya itu. Saya pun bertanya bila
saya setuju apakah ia betul menjadi istri saya serta melahirkan anak. Bu
Linda menjelaskan dia bersedia melakukan hal itu. Iseng-iseng saya
menggodanya bahwa saya tidak setuju dengan usulnya untuk menjadi suami
keduanya tapi saya setuju untuk memperawaninya. Saya lihat wajahnya
kecewa tetapi dia terus merengek untuk memerawaninya malam itu. Hal itu
saya lihat karena nafsunya sudah tinggi sekali. Untuk merangsang nafsu
saya, ia memohon untuk memutar VCD xxx yang ditemukannya tadi. Saya
menurut saja karena sebenarnya saya juga ingin sekali bersetubuh dengan
Bu Linda.
Bu Linda kembali duduk di pinggiran tempat tidur, dan membuka kaos yang
digunakannya. Saya mendekat dan duduk di samping Bu Linda. Hmmm… nampak
payudara itu masih montok dan kenyal seperti payudara seorang perawan,
ingin saya langsung melahap dengan mulut dan menjilatnya.
Bu Linda memulai gerakan dengan melingkarkan lengannya ke leher saya,
menarik wajah saya dan langsung melumat bibir saya dengan nafsu yang
membara. Saya pun membalas dengan tidak kalah sengit. Sambil meladeni
serangan bibir dan lidah Bu Linda, tangan saya meremas payudara montok
milik Bu Linda. Desahan nafas menderu di seputar ruangan, diselingi
alunan musik vcd menambah gairah.
Setelah beberapa saat, Bu Linda mendorong lembut badan saya, menyudahi
pertempuran mulut dan lidah, dengan nafas yang memburu. Saya mendorong
lembut tubuh Bu Linda, berbaring terlentang dengan kaki tetap menjuntai
di pinggiran tempat tidur. Dada yang penuh dengan gunung kembar itu
seakan menantang dengan puting yang telah tegang. Tanpa menunggu lagi
saya melaksanakan tugas menjelajahi gunung kembar itu, melingkari dan
menuju puncak puting. Dengan saya sedot dan saya mainkan puting susu itu
sambil tangan saya meremas payudara kembarannya.
”Aaahh… aahhh… mmhhhh… mas aku dicupang dong…” suara Bu Linda mulai
kencang terdengar, desahan-desahan nikmat yang semakin menggairahkan.
Saya kaget mendengarnya, tetapi Bu Linda meminta saya mencupang seluruh
tubuhnya sebagai tanda tubuhnya milik saya sepenuhnya. Saya melanjutkan
penjelajahan dengan menyusuri lembah payudara menuju perut dan sebentar
memainkan lidah pada pusar Bu Linda yang menggelinjang kegelian. Dengan
spontan Bu Linda mengangkat kaki ke atas tempat tidur dan memuka lebar
pahanya, terlihat gundukan vagina dengan rambut-rambut yang tertata
rapi.
Saya mulai menjilati dan menyusuri paha Bu Linda yang mulus, terus
mendekat ke selangkangan dan menemui bibir vagina yang mulai
mengeluarkan cairan senggama. Tanpa menunggu lama, saya menyapu cairan
senggama itu dengan lidah saya dan meneruskan penjelajahan lidah
sepanjang bibir vagina Bu Linda dan sesekali menggetarkan lidah pada
klitorisnya yang membuat Bu Linda mengerang kenikmatan.
”Aaahhhhh… mmmhh… Mas… uuhhh…” desahan birahi yang memuncak dari Bu
Linda membuat saya semakin bersemangat, dan sesekali lidah saya julurkan
mencoba masuk ke liang senggama yang menanti pemenuhan itu.
Setelah beberapa menit saya mengeksplorasi liang kewanitaan itu,
nampaknya Bu Linda tidak sabar lagi menuntut pemenuhan hasrat birahinya.
”Mas… ayo sayang… perawanin aku… aahhhh… mmmhh...” Suara Bu Linda diiringi desahan-desahan yang semakin kencang.
Dengan tenang saya menyudahi penjelajahan lidah dan bersiap untuk
pertempuran yang sesungguhnya. Dengan sekali tarik lepaslah sarung saya
yang melilit di pinggang dan penis saya mengacung bebas dengan bagian
kepala yang merah mengkilap. Bu Linda semakin membuka lebar pahanya,
besiap menanti pemerawanan terhadap liang wanitanya. Saya naik ke tempat
tidur dan langsung mengarahkan batang penis ke arah vagina Bu Linda
yang dengan sigap lansung meraih dan meremas batang kemaluan saya dan
membantu mengarahkannya tepat ke liang vaginanya.
Dengan sekali dorongan penis saya mulai menembus vagina Bu Linda yang disambut jeritan Bu Linda,
”Aaaaahhh… sakit mas… sakit… aaahh…”
Kemudian saya dorong pelan-pelan sampai masu penis saya
sedalam-dalamnya. Setelah dorongan pertama dan batang zakar yang masuk
seluruhnya barulah saya memompa menaik turunkan pantat dengan irama
beraturan seakan mengikuti irama musik yang terasa semakin menggebu dan
hot.
Saya bertumpu pada kedua siku lengan sedangkan Bu Linda mencengkeram
punggung saya, meresapi dorongan dan tarikan penis yang bergerak nikmat
di liang senggamanya. Suara desahan bercampur aduk dengan alunan suara
desahan orang bersetubuh dari VCD dan peluh mulai bercucuran di sekujur
tubuh,
”Aahhh… aahhh… aahhh... mmhhh… mmhhh…” tak hentinya desahan meluncur dari bibir saya dan Bu Linda.
Saya sesaat menghentikan gerakan untuk mencoba mengambil nafas, Bu Linda
memeluk saya dan menggulingkan badan tanpa melepas penis yang tetap
berada di liang vaginanya. Dengan posisi dia diatas dan setengah
berjongkok, Bu Linda memompa dan menaik-turunkan pantatnya dengan badan
bertumpu pada lengan. Sesekali Bu Linda memutar pantatnya dan kemudian
memasukkan batang zakar saya lebih dalam. Saya tak diam saja, tangan
saya meremas kedua payudara yang menggantung bebas dan menarik-narik
puting susu Bu Linda.
Suasana makin membara dengan peluh yang bercucuran, sampai saat Bu Linda
seperti tak sanggup melanjutkan pompaan karena birahi yang hendak
mencapai puncak pemenuhan. Dengan sigap saya membalikkan posisi, Bu
Linda kembali berada di bawah. Dengan mempercepat tempo dorongan saya
teruskan pertempuran.
“Mas… aahhh… aahhh… aaahh… uuh… terus Mas… aahhh… aaahh… aku sampai…
Mas… aaahhhhh… mmmhhhhh...” Setelah teriakan tertahan Bu Linda mengatup
bibirnya menikmati orgasme yang didapat, tubuhnya sedikit bergetar.
Tag :
cerita sex
0 Komentar untuk "Cerita Sex Bu Linda "