Featured Post

Tunangan Sodara

Kalau tidak salah, malam itu adalah malam minggu, kebetulan pada waktu itu aku lagi bersiap-siap untuk keluar. Tiba-tiba telpon di rumah...

Cerita Sex Bu Linda

Nama saya Pandu, saya mahasiswa di kota Bogor, saya berasal dari desa, dan saya berasal dari keluarga yang bisa dibilang serba kekurangan. Untuk membiayai kuliah saya, saya bekerja sebagai seorang guru bahasa Inggris di sebuah kursus. Karena saya ramah saya disukai oleh cewek-cewek yang ikut kursus tersebut.
Salah satu grup peserta les adalah ibu-ibu staff dari salah satu BUMN di kota tersebut. Ibu Linda merupakan salah satu favorit saya karena dia cantik sekali, tinggi, anggun dan baik sekali. Ibu Linda orangnya santun sekali, sehingga saya pun segan menggodanya. Bu Linda merupakan pimpinan kantor dari grup itu. Dia sering memberi saya uang lebih, katanya untuk menambah uang jajan, bahkan kadang-kadang lebih besar dari gaji saya. Saya mempunyai sebuah Vespa butut untuk kendaraan saya sehari-hari. Sedangkan Bu Linda menggunakan sedan model terbaru. Hal ini selain dia pimpinan cabang, suaminya juga pengusaha yang cukup sukses. Saya melihat mereka berdua adalah pasangan ideal.
Suatu Malam saya sendirian di tempat kursus dimana saya sedang beres-beres mau pulang kerumah, tiba-tiba telpon tempat kursus saya berbunyi. Ogah-ogahan saya mengangkatnya, tapi ternyata telpon itu dari Bu Linda, dia memohon pada saya untuk menunggunya karena ada yang perlu ditanyakan. Saya jadi tidak enak hati meninggalkannya, padahal langit sudah gelap dan mau turun hujan.
Tak lama kemudian dia datang dengan muka yang keruh, dia menanyakan beberapa hal mengenai terjemahan karya tulis. Setelah saya jelaskan dia mengerti, tetapi ada beberapa masalah yang akan disampaikan kepada saya tapi tampaknya tidak jadi. Akhirnya dia mengajak saya menemaninya untuk menonton film yang diputar jam 21.00. Saya setuju saja. Saya heran kenapa mobilnya ditinggal di tempat kursus sedangkan Bu Linda membonceng saya naik vespa butut saya.
Di sepanjang jalan dia duduk mendekap saya, sehingga membuat banyak orang heran dan mungkin berpikir kenapa ada wanita cantik pacaran dengan cowok miskin. Tetapi dia cuek saja.
Di gedung bioskop kami berdua membeli tiket dan duduk di bangku paling atas. Penontonnya tidak banyak karena filmnya adalah film murahan tentang sex sehingga yang nonton adalah pasangan-pasangan yang hanya mencari tempat berpacaran.
Tak lama kemudian film mulai. Dan seperti dugaan saya, pasangan-pasangan didepan saya mulai beraksi tanpa malu-malu. Saya berbisik sambil tertawa pada Bu Linda bahwa kita akhirnya melihat pasangan-pasangan bercumbu tetapi tidak peduli dengan penonton lain. Tetapi Bu Linda tidak tertawa malah dia menyenderkan tubuhnya ketubuh saya dan berbisik alangkah bahagianya pasangan-pasangan itu bisa menuntaskan nafsu syahwatnya.. Dia melihat pada saya dengan mata sendu, dan dia meminta saya juga mencumbunya seperti pasangan lain itu.
Saya ragu-ragu mendengar permintaannya itu, saya bertanya apa nggak salah? Bu Linda tidak menjawab, tetapi dia langsung melepas gelungan rambutnya yang panjang dan indah. Tangan saya ditariknya untuk melingkari pinggangnya yang ramping, dan dia langsung menyodorkan mulutnya untuk dilumat serta matanya yang setengah terpejam. Saya menjadi sangat terpesona dan terangsang melihat ibu berwajah cantik itu memasrahkan tubuhnya pada seorang cowok miskin untuk dicumbu.
Lama sekali saya memandangi dirinya yang sangat mempesona itu. Bu Linda berbisik sudah jangan dipandang saja tapi beraksilah. Perlahan saya kecup mulutnya dan dia menyambut dengan senyuman. Kami saling berciuman bibir, saling melumat bibir, lidah kami bertemu berburu mencari kenikmatan di setiap sudut-sudut bibir dan rongga mulut masing masing. Mulut saya disambutnya dengan rakus. Selama didalam bioskop kami berdua saling bercumbu dan saling meraba.
Dalam kondisi yang baru saya alami ini, saya menjadi sangat kikuk dan canggung, tapi anehnya nafas saya makin memburu, kejar-kejaran dan bergelora seperti gemuruh ombak di laut. Saya menjadi bergemetaran, dan tak mampu berbuat banyak, Bau wewanginan semerbak menambah suasana romantis. Tangan saya pun mulai meraba-raba tubuh sintal Bu Linda. Bu Linda tidak mau kalah, dia meraba-raba punggung saya dan bahkan menyusup dibalik kaos saya. Saya jadi semakin terangsang dalam permainan yang ini.
Sejenak jeda, kami saling berpandangan, dia tersenyum manis bahkan amat manis, dibanding waktu-waktu sebelumnya. Kami berangkulan kembali, seolah-olah dua sejoli yang sedang mabuk asmara sedang bermesraan. Dia mulai mencumi leher saya dan menggigit lembut sementara tangan saya mulai meraba-raba tubuhnya. Pertama pantatnya, kemudian menjalar ke pinggulnya.
"Sejak kamu mengajar dulu, aku sudah berpikir, ‘Ganteng banget ini anak!’" katanya setengah berbisik.
"Ah Ibu ada-ada saja", kata saya mengelak, walaupun saya senang mendapat sanjungan.
"Aku tidak merayu, sungguh" katanya lagi.
Kami makin merangsek bercumbu, birahi saya makin menanjak naik, dada saya semakin bergetar, demikian juga dada Bu Linda. Dia pun nampak bergetaran dan suaranya agak parau. Dia mengajak saya pulang sambil berbisik,
“Setubuhin aku dong mas, aku udah lama puasa. Akan aku layani mas dengan sepenuh hati apa yang mas mau, asal mas memuasin dahagaku malam ini”
Kemudian saya beranjak, berdiri dan menarik tangan Bu Linda supaya ikut berdiri. Dalam perjalanan pulang ke rumah saya, kami berboncengan. Dalam dekapannya yang hangat, hasrat kelelakian saya menjadi bertambah bangkit dan terasa seakan membelah celana yang saya pakai.
Sesampainya di rumah kontrakkan saya, Bu Linda saya bimbing masuk kedalam. Sambil menahan malu saya menunjukkan keadaan rumah kontrakan saya yang berantakan, maklum rumah bujangan. Bu Linda hanya tersenyum melihat kondisi rumah yang berantakan itu, dia langsung membereskan rumah saya sambil saya bantu. Baju-baju kotor langsung direndam, sprei langsung diganti yang baru sebagai persiapan pertempuran nanti, lantainya disapu sampai bersih. Buku-buku dan VCD saya langsung diatur dengan baik bak seorang istri setia yang mengatur rumahnya sendiri.
Saya disuruhnya mandi dulu sementara ia membereskan rumah. Ia memasak mie karena dari tadi kami belum makan malam. Setelah selesai dia mandi dengan memakai handuk yang tadi saya pakai dan Bu Linda meminjam kaos saya yang paling besar yang dipakai sebagai daster. Penis saya bertambah tegang membayangkan Bu Linda mandi dan membayangkan bekas handuk saya membelai tubuhnya.
Sehabis mandi saya betul-betul terpana melihat kesempurnaan tubuhnya yang putih, terutama telapak kakinya yang betul-betul bagus. Kaos yang dipakai hanya menutupi sebagian kecil tubuhnya hanya sampai pantatnya yang indah. Bu Linda tidak lagi memakai celana dalam dan BHnya. Saya diajaknya makan bareng dan dilayani seperti seorang suami dengan disuapin olehnya. Sambil makan dia bercerita tentang semua masalahnya. Dari menikah atas pilihan orang tua serta suaminya yang ternyata seorang gay dan dia sendiri ternyata masih perawan karena suaminya tidak pernah menyetubuhinya. Perkawinannya selama ini hanya pura-pura untuk menutupi kehormatan keluarga. Dia sendiri untuk mengurangi penderitaannya dia sering bekerja keras untuk menghilangkan waktu.
Kalau sudah tak tahan Bu Linda melakukan masturbasi sambil menonton film BF. Minggu ini barulah dia tak tahan dan akhirnya protes kepada suaminya. Suaminya mengijinkan Bu Linda mencari laki-laki lain tetapi dengan syarat Bu Linda tetap harus menjadi istri untuk menjaga kehormatan keluarga. Saya dipilihnya dengan harapan saya mau menjadi “suami” simpanannya serta dapat menjaga rahasia keluarganya. Kalau saya setuju dia akan menyerahkan seluruh tubuhnya termasuk keperawanannya kepada saya.
Saya sangat kaget mendengar penjelasannya itu. Saya pun bertanya bila saya setuju apakah ia betul menjadi istri saya serta melahirkan anak. Bu Linda menjelaskan dia bersedia melakukan hal itu. Iseng-iseng saya menggodanya bahwa saya tidak setuju dengan usulnya untuk menjadi suami keduanya tapi saya setuju untuk memperawaninya. Saya lihat wajahnya kecewa tetapi dia terus merengek untuk memerawaninya malam itu. Hal itu saya lihat karena nafsunya sudah tinggi sekali. Untuk merangsang nafsu saya, ia memohon untuk memutar VCD xxx yang ditemukannya tadi. Saya menurut saja karena sebenarnya saya juga ingin sekali bersetubuh dengan Bu Linda.
Bu Linda kembali duduk di pinggiran tempat tidur, dan membuka kaos yang digunakannya. Saya mendekat dan duduk di samping Bu Linda. Hmmm… nampak payudara itu masih montok dan kenyal seperti payudara seorang perawan, ingin saya langsung melahap dengan mulut dan menjilatnya.
Bu Linda memulai gerakan dengan melingkarkan lengannya ke leher saya, menarik wajah saya dan langsung melumat bibir saya dengan nafsu yang membara. Saya pun membalas dengan tidak kalah sengit. Sambil meladeni serangan bibir dan lidah Bu Linda, tangan saya meremas payudara montok milik Bu Linda. Desahan nafas menderu di seputar ruangan, diselingi alunan musik vcd menambah gairah.
Setelah beberapa saat, Bu Linda mendorong lembut badan saya, menyudahi pertempuran mulut dan lidah, dengan nafas yang memburu. Saya mendorong lembut tubuh Bu Linda, berbaring terlentang dengan kaki tetap menjuntai di pinggiran tempat tidur. Dada yang penuh dengan gunung kembar itu seakan menantang dengan puting yang telah tegang. Tanpa menunggu lagi saya melaksanakan tugas menjelajahi gunung kembar itu, melingkari dan menuju puncak puting. Dengan saya sedot dan saya mainkan puting susu itu sambil tangan saya meremas payudara kembarannya.
”Aaahh… aahhh… mmhhhh… mas aku dicupang dong…” suara Bu Linda mulai kencang terdengar, desahan-desahan nikmat yang semakin menggairahkan.
Saya kaget mendengarnya, tetapi Bu Linda meminta saya mencupang seluruh tubuhnya sebagai tanda tubuhnya milik saya sepenuhnya. Saya melanjutkan penjelajahan dengan menyusuri lembah payudara menuju perut dan sebentar memainkan lidah pada pusar Bu Linda yang menggelinjang kegelian. Dengan spontan Bu Linda mengangkat kaki ke atas tempat tidur dan memuka lebar pahanya, terlihat gundukan vagina dengan rambut-rambut yang tertata rapi.
Saya mulai menjilati dan menyusuri paha Bu Linda yang mulus, terus mendekat ke selangkangan dan menemui bibir vagina yang mulai mengeluarkan cairan senggama. Tanpa menunggu lama, saya menyapu cairan senggama itu dengan lidah saya dan meneruskan penjelajahan lidah sepanjang bibir vagina Bu Linda dan sesekali menggetarkan lidah pada klitorisnya yang membuat Bu Linda mengerang kenikmatan.
”Aaahhhhh… mmmhh… Mas… uuhhh…” desahan birahi yang memuncak dari Bu Linda membuat saya semakin bersemangat, dan sesekali lidah saya julurkan mencoba masuk ke liang senggama yang menanti pemenuhan itu.
Setelah beberapa menit saya mengeksplorasi liang kewanitaan itu, nampaknya Bu Linda tidak sabar lagi menuntut pemenuhan hasrat birahinya.
”Mas… ayo sayang… perawanin aku… aahhhh… mmmhh...” Suara Bu Linda diiringi desahan-desahan yang semakin kencang.
Dengan tenang saya menyudahi penjelajahan lidah dan bersiap untuk pertempuran yang sesungguhnya. Dengan sekali tarik lepaslah sarung saya yang melilit di pinggang dan penis saya mengacung bebas dengan bagian kepala yang merah mengkilap. Bu Linda semakin membuka lebar pahanya, besiap menanti pemerawanan terhadap liang wanitanya. Saya naik ke tempat tidur dan langsung mengarahkan batang penis ke arah vagina Bu Linda yang dengan sigap lansung meraih dan meremas batang kemaluan saya dan membantu mengarahkannya tepat ke liang vaginanya.
Dengan sekali dorongan penis saya mulai menembus vagina Bu Linda yang disambut jeritan Bu Linda,
”Aaaaahhh… sakit mas… sakit… aaahh…”
Kemudian saya dorong pelan-pelan sampai masu penis saya sedalam-dalamnya. Setelah dorongan pertama dan batang zakar yang masuk seluruhnya barulah saya memompa menaik turunkan pantat dengan irama beraturan seakan mengikuti irama musik yang terasa semakin menggebu dan hot.
Saya bertumpu pada kedua siku lengan sedangkan Bu Linda mencengkeram punggung saya, meresapi dorongan dan tarikan penis yang bergerak nikmat di liang senggamanya. Suara desahan bercampur aduk dengan alunan suara desahan orang bersetubuh dari VCD dan peluh mulai bercucuran di sekujur tubuh,
”Aahhh… aahhh… aahhh... mmhhh… mmhhh…” tak hentinya desahan meluncur dari bibir saya dan Bu Linda.
Saya sesaat menghentikan gerakan untuk mencoba mengambil nafas, Bu Linda memeluk saya dan menggulingkan badan tanpa melepas penis yang tetap berada di liang vaginanya. Dengan posisi dia diatas dan setengah berjongkok, Bu Linda memompa dan menaik-turunkan pantatnya dengan badan bertumpu pada lengan. Sesekali Bu Linda memutar pantatnya dan kemudian memasukkan batang zakar saya lebih dalam. Saya tak diam saja, tangan saya meremas kedua payudara yang menggantung bebas dan menarik-narik puting susu Bu Linda.
Suasana makin membara dengan peluh yang bercucuran, sampai saat Bu Linda seperti tak sanggup melanjutkan pompaan karena birahi yang hendak mencapai puncak pemenuhan. Dengan sigap saya membalikkan posisi, Bu Linda kembali berada di bawah. Dengan mempercepat tempo dorongan saya teruskan pertempuran.
“Mas… aahhh… aahhh… aaahh… uuh… terus Mas… aahhh… aaahh… aku sampai… Mas… aaahhhhh… mmmhhhhh...” Setelah teriakan tertahan Bu Linda mengatup bibirnya menikmati orgasme yang didapat, tubuhnya sedikit bergetar.
Tag : cerita sex
0 Komentar untuk "Cerita Sex Bu Linda "

Back To Top