Featured Post

Tunangan Sodara

Kalau tidak salah, malam itu adalah malam minggu, kebetulan pada waktu itu aku lagi bersiap-siap untuk keluar. Tiba-tiba telpon di rumah...

Cerita Sex Susu Mbak Tyas

Saya adalah seorang pemuda berusia 24 tahun yang bekerja sebagai seorang delivery driver. Dengan pekerjaan itu, saya diperbisakan membawa pulang kendaraan operasional. Pada suatu pagi, dalam perjalanan saya ke tempat kerja, saya bertemu dengan teman lama saya yang sudah sekian lama menghilang. Mbak Tyas namanya, saya memanggilnya Mbak karena usianya sedikit lebih tua dari saya, sekitar 26 tahun. Dia adalah seorang wanita yang mempunyai body yang aduhai. Terlebih lagi buah dadanya. Fiuhhh... sedap kalau bisa meremasnya.
Saya perlankan mobil saya sambil menekan klakson, dia menoleh dan tersenyum. Lalu saya bertanya karbarnya dan suaminya. Dengan nada perlahan dia mengatakan mereka sudah 6 bulan berpisah, dan bekas suaminya pun sudah menikah lagi dengan gadis lain. Lalu saya pun menawarkan untuk mengantarnya ke tempat kerjanya. Awalnya dia menolak, tapi setelah lama saya bujuk, akhirnya dia pun setuju.
Dalam perjalanan, kami berbincang tentang kisah lama hingga sampai ke tempat kerjanya. Mbak Tyas mengucapkan terima kasih karena mengantarnya, dan saya mengatakan saya akan menjemputnya pulang. Dia menolak tawaran saya, namun saya mengatakan saya menganggapnya sebagai Mbak saya. Akhirnya dia menerima tawaran saya.
Semenjak saat itu, saya sering mengantar dan menjemputnya pulang dari kerja. Hubungan kami semakin lama semakin mesra. Mbak Tyas yang bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan, sering mengenakan pakaian yang agak seksi dan menawan. Dengan kulitnya yang putih dan badannya yang montok, akan menggoda setiap lelaki yang memandangnya. Walaupun sudah mempunyai satu anak yang belum genap setahun tapi masih tetap kelihatan jelita. Pagi ini, Mbak Tyas mengenakan baju kemeja putih dengan rok hitam.
Dalam perjalanan Mbak Tyas menghampiri kearah kendaraan saya, saya perhatikan seperti ada tanda basah di permukaan bajunya. Lebih tepat lagi di bagian ujung buah dadanya. Mbak Tyas membuka pintu kendaraan lalu duduk di sebelah saya sambil mengucapkan selamat pagi, saya membalasnya sambil tersenyum.
Dalam perjalanan, kami ngobrol seperti biasa, namun mata saya sering melirik ke arah buah dadanya yang bulat dan mengkal. Saya melirik lagi ke arah tanda basah di bajunya, tapi kali ini basahnya kelihatan semakin menyebar. Tanpa segan, saya menanyakan kepadanya.
"Mbak, kenapa baju Mbak basah?"
Dia memandang ke arah buah dadanya, mukanya berubah seperti malu. Mbak Tyas lalu menutupi tubuhnya.
"Kenapa Mbak Tyas?" tanya saya lagi.
"Aku lagi ada masalah nih"
"Masalah apa Mbak?" tanya saya seperti tidak tahu.
"Aku lupa buat pompa asi, soalnya tadi bangun kesiangan. Jefry, bisa gak berhenti sebentar ke toilet umum" kata Mbak Tyas pada saya.
Saya hanya mengangukkan kepala dan terus mengemudi, sambil bertanya lagi.
"Mbak selalu bawa pompa asi ke tempat kerja?" tana ysaya.
Dia tidak menjawab dan membuka tas yang dibawanya. Mbak Tyas lalu menepuk dahinya.
"Kenapa Mbak?" tanya saya lagi.
"Alat pompanya nggak aku bawa, hmmm…" kata Mbak Tyas.
"Kalau diperah gak bisa Mbak?" tanya saya.
"Bisa, tapi lebih baik kalau pakai pompa. Bisa gak kalau Jefry anter Mbak balik? Soalnya bajuku udah basah kayak gini" katanya.
Saya tertawa kecil sambil bercanda, "kalau pakai pompa saya mau gak Mbak?"
Mbak Tyas berpaling ke arah saya.
"Pompa apa tu?" katanya.
"Ya gitu Mbak, mulutku yang jadi pompanya" candaku kepada Mbak Tyas. Saya tidak berniat apa-apa cuma bercanda saja.
"Kamu gak ngrasa jijik?" jawab Mbak Tyas.
"Aku sedot, terus aku buang kedalam plastik lah" jawabku tak tentu arah.
"OK lah.. kalau gitu, mau nglakuin dimana?" jawab Mbak Tyas.
Saya hanya diam tanpa berkata. Saya lalu mencari dan berhenti memarkir mobil ditempat yang sepi dan jauh dari pandangan orang.
"Disini nggak apa-apa?" kata Mbak Tyas.
Saya hanya mengangukkan kepala sambil mata saya memandang ke arah dua buah dada yang mengkal dan akan menjadi santapan saya. Mbak Tyas lalu menanggalkan kancing kemejanya satu persatu. Tertegun sejenak saya melihat tubuhnya yang putih itu. Sekarang hanya tinggal branya saja yang menutupi kedua buah dadanya. Rasanya tidak sabar lagi untuk menghisapnya.
"Plastiknya mana?" kata Mbak Tyas kepada saya.
"Ada..." jawabku sambil meraba-raba di belakang tempat duduk.
Mbak Tyas bertanya lagi, "ada plastik gak Jef?"
"Oo.. Aaa.. ada.. ada" jawabku sambil memberikan kepadanya.
Mbak Tyas pun menarik branya keatas dadanya. Fiuhhh... ternyata besar juga buah dada Mbak Tyas, dengan puting susunya yang berwarna coklat muda. Di penghujung puting susunya pula, ada cairan yang berwarna putih keluar menetes ke bawah.
"JEFRY!" sergah Mbak Tyas.
"Ya.. ya.." jawabku.
"Tadi katanya mau tolong sedotin, sekarang ngrasa jijik ya?" tanya Mbak Tyas kepada saya.
"Enggak lah.." jawabku memandang kearah Mbak Tyas.
Saya menundukkan kepala saya kearah puting susunya. Perlahan-lahan saya menyedot putingnya. Terasa hangat susu yang keluar dari buah dadanya, saya sedot dan saya buang kedalam plastik yang saya pegang tadi. Lama-kelamaan, semakin deras susunya mengalir ke dalam mulut saya, batang saya makin mengeras dibuatnya. Semakin lama, semakin nikmat saya menghisap susu yang menjadi hak anak sulung Mbak Tyas. Tetapi sekarang saya yang mengambil alih.
Sungguh sedap rasanya, saya sudah tidak membuangnya lagi malah saya telan. Lezat betul susu dari buah dada Mbak Tyas.
"Emmh... emmm..." kedengaran suara Mbak Tyas.
"Enak ya rasa susuku?" Mbak Tyas menanyakan kepada saya.
Saya tidak menjawab karena nikmatnya menghisap susu segar yang begitu banyak sekali.
"Jefry, yang sebelah juga dong" kata Mbak Tyas lirih.
Saya beralih ke sebelah kiri juga, sambil tangan kiri saya meremas lembut ke buah dadanya sebelah kanan. Terasa sungguh indah sekali pagi ini. Keseruan ini membuat kami tidak berangkat kerja pada hari itu.
Jam sudah menunjukkan pukul 9.15, namun saya masih berbaring di atas riba Mbak Tyas. Ternyata lama juga saya menyusu dari buah dada Mbak Tyas.
"Udah puas belum?" kata Mbak Tyas.
"Kalau belum, kita balik ke rumahku. Nanti bisa hisap lagi kalau kamu mau."
"Bener Mbak?" kata saya.
"Iya sayang" jawab Mbak Tyas sambil mencubit pipi saya.
Lantas saya terus bangun dan menarik branya ke bawah menutupi buah dadanya, lalu saya kancingkan bajunya. Mbak Tyas hanya tersenyum saja melihat tingkah laku saya.
Setelah tiba di rumah Mbak Tyas, Mbak Tyas mempersilakan saya masuk. Saya duduk di sofa sambil mata saya terus berkeliaran mengelilingi seluruh rumahnya. Mbak Tyas masuk ke kamarnya. Lalu terdengar suara Mbak Tyas memanggil saya dari kamar.
"Jef, mau minum apa? kopi atau teh? Atau Jefry mau susuku lagi?"
Saya terdiam sejenak dan terus memandang kearah kamarnya. Tanpa menunggu saya bergegas bangun menuju ke kamarnya.
Alangkah terkejutnya saya melihat Mbak Tyas sedang menanggalkan branya dan tinggal hanya celana dalamnya saja. Penis saya langsung bangun. Saya memandang ke arah tubuhnya yang putih itu, sungguh menggoda. Mbak Tyas tersenyum.
"Jef mau hisap lagi gak, susuku masih banyak ni" kata Mbak Tyas kepada saya sambil memegang kedua belah buah dadanya dan terus menuju ke arah saya.
Nafsu saya makin tak tentu arah, saya memeluk dan mencium bibir Mbak Tyas. Seluruh tubuhnya saya raba sambil meremas-remas pantatnya yang montok itu. Setelah lama kami bercumbu, Mbak Tyas menyuruh saya duduk di pinggir kasurnya dan mengarahkan puting payudaranya ke mulut saya.
Saya terus menghisap putingnya, begitu deras sekali dan hangat susunya mengalir ke dalam mulut saya. Saya terus menelan seperti bayi yang sedang kehausan. Semakin kuat saya menghisap, semakin kuat Mbak Tyas memeluk dan menekan kepala saya. Lemas saya dibuatnya.
"Hisap lagi sayang. Emmh… emmmmp…" kata-kata yang terkeluar dari mulut Mbak Tyas.
Dengan pelahan-lahan tangan saya meraba ke bawah. Saya merogoh masuk ke dalam celana dalamnya sambil menggosok-gosokan memeknya. Tembem sekali memek Mbak Tyas saya rasakan. Basah semua jari-jari saya. Saya arahkan jari saya ke lubangnya dan terus mengorek-ngorek ke dalamnya. Mbak Tyas mulai mengerang lembut sambil menjengkit-jengkitkan kakinya.
Saya menariknya ke kasur dan terus mencium seluruh tubuhnya. Mbak Tyas terus menggeliat tidak tentu arah, saya semakin bergairah. Perlahan-lahan saya menarik dan menanggalkan celana dalamnya, sambil saya usap bulu-bulunya. Bau memeknya sudah tidak menjadi penghalang bagi saya, malah saya terus mencium dan menjilat memeknya yang basah itu.
Saya mulai memainkan lidah saya kedalam lubangnya dan menghisap-hisap kelentitnya. Mbak Tyas terus mengerang keenakan, lalu kepala saya dijepit dengan pahanya, sambil tangannya menekan-nekan kepala saya. Sesak dan lemas saya dibuatnya.
Saya bangun dan menukar posisi menjadi 69. Dimana saya di bawah dan Mbak Tyas di atas. Mbak Tyas mengarahkan memeknya ke wajah saya, saya pun mulai menjilatnya dengan penuh nafsu. Mbak Tyas mengurut-ngurut batang zakar saya lalu mengulumnya. Nikmat sekali rasanya saat Mbak Tyas menghisap dan mengocok kontol saya dengan mulutnya. Sedap sekali saya rasakan hingga jilatan saya tepat ke memeknya beralih ke lubang duburnya.
Tidak lama kemudian, Mbak Tyas bangun dan berbaring di atas saya. Kami bercumbu seketika dan Mbak Tyas mulai meraba lalu mengarahkan kepala kontol saya ke lubang memeknya. Perlahan-lahan saya rasakan kontol saya menusuk masuk ke dalam memeknya. Jepitan memeknya mulai saya rasakan, sungguh sedap sekali. Mbak Tyas mulai menggenjot kontol saya naik turun, buah dadanya mengayun mengikut iramanya, saya mulai meremas putingnya dengan lembut.
Semakin lama semakin kuat Mbak Tyas menggenjot. Saya terus memainkan payudaranya yang tergantung di depan saya sambil menghisap-hisap putingnya.
"Umph… aahhh..." rengekan Mbak Tyas sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.
Lama kelamaan saya sudah tidak bisa tahan lagi.
"Mbak, aku mau keluar!" kata saya kepada Mbak Tyas.
Mbak Tyas hanya menganggukkan kepalanya tanpa mengatakan apapun. Saya lalu memuncratkan sperma saya kedalam memeknya. Fuhh... nikmat sekali saya rasakan. Tidak pernah saya melepaskan mani saya ke dalam memek wanita, inilah pertama kali saya memuncratkannya didalam. Kami terus berdakapan seperti sepasang suami istri. Mbak Tyas mengecup lembut bibir saya.
"Jef…" panggilnya manja.
"Sekarang Jefry jangan panggil Mbak lagi lah"
"Kenapa Mbak?" kata saya kepadanya.
"Iya lah, kamu pernah bilang aku udah kayak Mbak angkatmu. Sekarang kamu angkat aku ke kasur, sampai terangkat-angkat nafsuku. Mulai hari ini kamu panggil aku Tyas aja" katanya kepada saya.
Saya hanya tersenyum dan terus memeluk dan mencium bibirnya. Kami sama-sama terlena setelah terlalu capek.
Sejak hari itu, setiap pagi saya menghisap susunya sebelum saya mengantar atau menjemputnya dari tempat kerja. Kami sering melakukan hubungan seks di rumahnya, dan kadang kala saya tidak pulang ke rumah.
Tag : cerita sex
0 Komentar untuk "Cerita Sex Susu Mbak Tyas "

Back To Top